Sejenak Mengenang #KampusFiksi

Jogja, 24-25 Mei 2014.
Kampus Fiksi adalah salah satu pelatihan menulis yang diadain sama Divapress. Sudah setahun berjalan dengan ratusan alumnus. Dan aku masuk di angkatan 8, nomor member 204. Yeay! Acara ini gratis, mamen. Tapi jangan kira, acara berasa mahal banget.

Selain excited, bakal dapet pelajaran baru tentang kepenulisan, ini juga jadi pengalaman pertamaku naik kereta. Lebay ya? buahaha. Pertemuan pertamaku dengan kereta, membuatku langsung jatuh cinta. Berpindah dari penggemar travel dan bus. Jika naik mobil atau bus pasti pusing akhirnya, apalagi jarak jauh. Beda dengan kereta, kita seperti duduk-duduk di rumah. Eh, tiba-tiba udah nyampek. Manajemen dan fasilitasnya lebih bagus. Jadi bisa nyelesein banyak aktivitas di dalam kereta.

Walaupun fasilitas asyik, pengalaman pertama ini buruk. Iya sih, duduk samping cewek cantik, tapi dia lagi pakek headset. Haduuuuh.... Jadilah situasi awkward jadi tema perjalanan itu. Untung saja di stasiun berikutnya ada penyelamat. Seorang ibu yang nganter anaknya daftar ulang di jogja. Lebih untungnya lagi, itu anak juga cewek. Muehehe. You save me, Mam. :))

Nonton Mahabarata paksaan para cewek
Mari kita mulai kisah pelatihan ini dari hari pertama yang melelahkan. Lelah karena sepi, capek karena mulai dari datang sampai malam diisi tidur melulu. Hari kebangkitan dimulai di hari kedua. Ya karena sudah kumpul, juga sudah masuk materi. Sebenernya sih materinya hampir sama seperti di beberapa buku-buku teori yang ada. Tapi bukankah sesuatu akan lebih menancap jika digabungkan dengan kenangan. Di sini tercipta reaksi itu. Aku punya keluarga baru yang saling mendukung untuk hobi atau karier kita. Dan tak lupa, selalu terjadi di Kampus Fiksi sebelum-sebelumnya, cinlok!!!

Hari terakhir. Ini yang paling mantap menurutku. Tahukah kamu seluk beluk di penerbitan, trik-trik tersembunyi nan licik di dunia penerbitan? Semua dijabarin di sini. Tapi karena kata bang Acoy ini rahasia, jadi saya diam dulu ya. Nanti deh kalau aku udah lupa kalau itu rahasia, ya.... Paling di note selanjutnya. Muahaha

Setelah materi itu kita ditantang nulis selama 3 jam. Di sini kita bisa tahu apa hasil belajar kita sebelumnya. Kita bakal tahu semua teknik itu penting dalam menulis, agar tulisannya bikin panas dingin pembaca. Aku tahu kalau yang dikatakan Pak Edi bahwa writing blok itu gak ada. Buktinya aku lancar nulis, karena dibantu outline dan buku bacaan yang ada di sana. Saya puas, meski tulisan masih amburadul. Kalau gak salah yang masuk standar tulisannya Mbak Muam sama Mbak Maya. Maksudnya tulisan mereka berdua yang masuk standar bagus dari semua peserta #KF8. Give applause!!!
Dua rius nulis. Mbak Maya yang orange Mbak Muam yang pink (mojok dewe itu :v)
Terakhir. Ritual rutin setiap Kampus Fiksi. rame-ramean di rumah Pak Edi. Foya-foya mborong nasi kucing, bikin drama yang sayang gak jadi, dan obrolan yang akan selalu penting sebagai kenangan.
Sesepuh Kampus Fiksi & Divapress
 Selain keluarga, ada beberapa pesan yang sangat membekas sampai sekarang dari pertemuan singkat itu. Pertama, tentang State of Mind, jelasnya pemikiran yang matang penulis. Menulis di buku yang dijual di toko buku jelas beda kan dengan menulis di diary. Harus ada bobot yang lebih berat di sana, ada pesan yang di dapat oleh banyak pembaca. Maka dari itu penting sekali bagi penulis mempunyai pemikiran yang matang, mempunyai konsep berfikir yang luas. Kedua, “Jangan sombong ya kalau udah terkenal, udah sukses di bidang apapun. Mari bantu banyak orang yang butuh bantuan kita.” Ketiga, pesan yang paling asyik, “Kalau kita ketemu lagi, tuker-tukeran buku kita yuk?”

Ini baru main event XD


 

Copyright © Mahya. All rights reserved. Template by CB Blogger & Templateism.com