Lantas?

Ayolah bukankah dalam hati ada beribu rasa? bermacam-macam. Lantas kenapa adanya satu rasa itu memforsir porsi otak untuk memikirkannya?

Ayolah bukankah rasa itu adalah salah satu rasa saja? masih ada rasa-rasa lain yang sama. Lantas kenapa rasa itu begitu spesial. Ataukah memang hanya kita saja yang membuatnya spesial?

Ahh Media Abal-abal

Sempat terlintas di pikiran bahwa apa bedanya antara muslimin dengan para penentang Islam, bahkan penghasut?

Tindakan. Penting sekali menekankan pada kata ini. Jika kita hanya belajar tentang Islam -ini lebih baik daripada yang belum belajar-  saja tanpa mengamalkan, sibuk berdiskusi bahkan sampai berdebat. Apa bedanya dengan mereka? banyak media yang menghasut umat, bahkan memlintirkan ayat Qur'an serta hadits banyak terjadi.

Pengamatan awal saya -bukannya sok tahu, haha- bahwa mereka cuma berkoar-koar di media, dan muslimin yang tidak melanjutkan mengkaji lebih dalam tentang penyampaiannya. Sehingga mudah terpengaruh, bahkan ikut menyebarkan ajaran yang melenceng tersebut.

Serta kurangnya amal dari setiap-setiap yang dipelajari. Kalau diamalkan dengan sungguh-sungguh akan terlihat nantinya. Mana yang benar dan mana yang tipu muslihat. Iya kan? saya juga belum sepenuhnya tahu karena amal saya masih sedikit. Jika ada salah tulis atau salah pemikiran mohon masukannya dari saudara semua. Terimakasih.

Balasan

Pernahkah kamu melihat seorang yang teriak di balas dengan memberi uang?
biasanya sih malah balas ditabok.

Begitu juga ketika memberi rezeki, paling tidak di balas dengan senyum.

Inspiring Couple


sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Perempuan itu dinikahi karena empat faktor yaitu agama, martabat, harta dan kecantikannya. Pilihlah perempuan yang baik agamanya. Jika tidak, niscaya engkau akan menjadi orang yang merugi” (HR Bukhari dan Muslim)

Dan kenapa Islam menganjurkan untuk mengutamakan dan seperti meniadakan syarat yang lain kecuali agamanya. Tentu agama Islam. Sudah pasti jika kita menilik lebih dalam lagi tentang cinta, pasti kita akan menemukan cinta sejati itu merupakan hubungan antara dua batin, tak ada hubungan dengan fisik. Nah, dapat kita tarik kesimpulan bahwa sebenarnya di dalam Islam itu mengajarkan tentang cinta sejati, dan dalam ajarannya jika dilaksanakan akan menumbuhkan ketentraman dan cinta di dalam keluarga. Maka dari itu kenapa dianjurkan memilih pasangan dari agamanya.

Video di atas mungkin sebagai sedikit referensi bahwa kondisi fisik bukanlah syarat, melainkan kondisi batinlah syarat tersebut.

4 #Ramadhan

Mari kita bicara tentang jodoh kembali. Bukan sembarang jodoh berdasar nafsu, melainkan jodoh yang membangun.

Entah kenapa sebenarnya males nulis ini. Tapi mau gimana lagi, bisa sakau aku.

Lagi referensinya dari ceramah tarawih.

Kita harus berislam secara menyeluruh, mengamalkan seluruh isi dalam Al-Qur'an.

Salah satu yang wajib dicapai, yang menjadi tujuan hidup, cita-cita seluruh muslimin adalah menjadikan Al-Qur'an sebagai dasar negara. Ini konsekuensi iman, sekaligus konsekuensi batin yang menginginkan hidup lebih baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Terkait hal ini banyak kajian dan penjelasan yang sudah dengan lengkap menjelaskan seluk beluk penjelentrahan Al-Qur'an.

Bagaimana cara mencapainya?
Mengislamisasi atau membudayakan hidup islam mulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan.

Kisah Solahudin Al-Ayubi yang menundukkan konstantinopel setelah 800 tahun dari janji Rosulullah. Tapi saya tidak membicarakan sejarah Al-Ayubi di sini, dan sudah banyak yang telah membicarakan hal itu. Tapi bagaimana kita menyikapi hal tersebut.

Langsung saja to the point. Didiklah anakmu kelak seperti cara mendidik Sholahudin Al-Ayubi, yaitu menyemangati dengan tujuan-tujuan mulia dan tinggi, serta mempersiapkan dengan banyak bekal. Pendidikan terutama.

Tentu kita juga harus mempersiapkan diri juga sebagaimana kompetensi Syamsudin yang merupakan guru Solahudin Al-Ayubi, yang tentunya tak biasa.

Teknik Nulis - Hapus, Rombak

Dapet satu teknik baru dalam menulis. Dan teknik ini diawali dengan teknik menulis bebas. Setelah selesai menulis bebas, baca kembali. Akan kau temukan beberapa kata yang nampak ganjil di telinga. Tak enak didengar. Ada kata-kata yang diulang. Nah rumusnya cukup ganti pola kalimat yang memiliki kata yang sama tadi menjadi pola yang lain.

Hapus kata yang tak enak didengar atau sama tadi. Resapi kembali, supaya menjadi tatanan kalimat yang baru dan nyambung.

Kita coba kasih contoh. Ah tapi entar dulu aja deh, masih pusing nih kepala.

2 #Ramadhan - Islamologia, Islamosensia, Islamophobia

Sebenarnya lagi males buat nulis di blog ini. Tapi ya mau gimana lagi, kantongku nipis. Gak ada hubungannya ya? terserah aku, siapa kau?

Aku sedang ingin menuruti nafsu menulis, insya Allah bukan tulisan negatif atau gosip, kalau tulisan jelek ya gak tahu haha.

Ada ceramah yang menarik di tarawih kemaren. Pembawaannya mirip sama ustadz/dosen yang sering nongol di acaranya tukul.Tapi bukan "Mister Tukul Jalan-jalan" -_-. Oh iya namanya Ustadz Wijayanto, dosen pascasarjana UGM. Mirip banget, wajahnya juga.

Menerangkan bahwa di dalam Islam ada teori pengelompokan. Islamologia, Islamosensia, Islamophobia.

Kalo Islamologia itu cara pandang yang menganggap Islam sebagai sebuah ilmu. Dipelajari, dibedah, dibandingkan, ditimbang. Jadi Islam sama dengan ilmu psikologi, ilmu komputer, dan ilmu-ilmu yang lain.

Yang Islamosensia berasal dari kata sense. Yaitu perasaan, jiwa, hakikat. Islam di sini dipandang sebagai sebuah keyakinan. Diberi contoh seorang tukang sayur yang mengucapkan basmalah pun masih berbunyi "semelah", tapi setiap adzan langsung berangkat ke masjid dan meninggalkan semua kegiatan jual belinya.

Lalu ada juga Islamophobia. Disini bukan dijelaskan ketakutan tentang Islam, namun ketakutan di dalam Islam. Kasih contoh seorang anak yang oleh orang tuanya hanya dikasih nasehat kalau kamu nurut hadiahnya surga, kalau kamu memberontak ganjaran neraka. Wuih keras, cadas. Sehingga menimbulkan cara berfikir asal aku gak dapet neraka, aman. Asal gak memberontak, tentram. Gak apa-apa gak dapet surga, yang penting gak masuk neraka. Ini berbenturan dengan prinsip fastabiqul khoirot. Membudayakan proses pembelajaran yang lembek, loyo. Tak akan banyak pemuda yang sekuat dan setagar Al-Fatih dimana diusia yang saat pemuda-pemuda kini berkutat pada kata galau, beliau sudah memimpin pasukan perang.

Para pembaca yang budiman yang super sekalian,




mari kita menuju umat yang terbaik, menuju manusia milenium kata orang di sana. Menghidupkan hati dengan Islamosensia-nya serta menguatkan dengan Islamologia-nya.

Perasaan?

Bukankah perasaan cinta, suka, benci, marah, rindu hanya sebatas ekspresi dalam hati? yang berganti sejauh waktu berjalan. Tapi kenapa selalu diposisikan menjadi sesuatu yang dapat mematikan atau menghidupkan seseorang?

"Aku mencintaimu, namun sekarang kau telah menikah dengan sahabat kita." Lalu? tinggal kita jalani hidup bukan? mungkin ada perasaan cemburu, benci, sakit hati. Tapi sebatas itu saja kan? Toh bumi masih berputar seperti biasanya, malam purnama masih diwakili tanggal lima belas. Tak berubah. Kita juga masih bisa berjalan selayak sebelum kejadian, atau sebelum perasaan itu hadir. Ada sedikit sembab di mata, mendung. Tapi Matahari tetap cerah. Sunset pantai masih banyak diburu. Kita tak akan mati hanya karena perasaan cemburu.

Terkadang kita sendiri yang membuat sesuatu menjadi rumit, mendramatisir bahwa kitalah korban kehidupan, aktor paling menderita sedunia. Update status facebook, twitter, blog, BBM, bahkan merembet ke obrolan chatting. Apalagi kalau boleh dan bisa kita akan pasang banner di perempatan jalan. Aku putus cinta, sedang galau. Aih tak ada yang peduli, bahkan boleh jadi si 'dia' tak tahu apa yang sedang kau bicarakan.

Bukankah rasa itu sebatas debu berlarian di depan mata? beberapa saat kemudian hilang sudah terhembus angin, tersapu oleh 'waktu'. Setelahnya berganti rasa lain. Cinta lagi? bisa jadi.

1 #Ramadhan

Ada note temen tanya seperti ini.
"Bagaimana cerita Ramadhanmu?"

Langsung teringat bagaimana Ramadhan kemaren. Menurutku lumayan hambar entah aku belum tahu sebab musabab-nya. Mungkin memang iman sedang 'kering'.

Tapi alhamdulillah dipertemukan lagi dengan Ramadhan tahun berikutnya, sekarang mulailah beberapa janji itu menulis dirinya masing-masing di lembar hati. Akankah sukses? insya Allah, mari doakan.

Dan Ramadhan pertama ini dimulai dari Malang, yap ramadhan tanpa orang tua, ah apalagi pasangan hidup. Sepi? ah enggak juga. *menghibur diri*

Beda rasanya terlepas dari kebiasaan-kebiasaan di rumah seperti kegiatan sebelum datang ramadhan, ya megengan budaya tanah jawa untuk menyambut ramadhan dan biasanya satu kampung tumpah-ruah di masjid kampung. Kalau artinya sih kurang paham ya, soalnya yang aku pahami yang penting bisa makan bareng sama makan gratis, hahaha. Kedua pastilah kumpul sama teman yang udah lama gak ketemu. Mulai dari tarawih bareng, terus tadarus pasti dateng di akhir waktu, selain karena ingin iktikaf juga ngejer takjil yang berlimpah. Malulah kalau masih banyak orang disana. Selesai tadarus sama iktikaf sekitar pukul 2 kita mulai misi mulia setiap tahunnya, bangunin orang buat sahur. Tujuan utamanya sih buat jalan-jalan aja, nikmatin udara pagi banget desa yang masih asri, sejuk men.

Tapi pasti beda kalau sudah di tanah rantau, apalagi kita gak akrab sama masyarakat. Boro-boro akrab, kenal aja enggak. Kebiasaan di tanah rantau itu pasti ada di depan laptop, entah ngeblog kayak gini atau kegiatan gak jelas lainnya. Eh iya ada bagusnya juga kegiatan pas gak di rumah gini. Wisata masjid, atau bisa di bilang wisata jajanan ramadhan. Hahaha.

1 Ramadhan? Awal yang pas buat niat baik. Berhenti merokok, berhenti pacaran, rajin ibadah, berbakti ke orang tua, nyari ilmu. Banyak hal bisa dimulai sekarang. Nyari jodoh? ah entahlah, dan kenapa dari tadi selalu nyrempet ke hal ini, entahlah.

Selamat berpesta di bulan penuh berkah ini, selamat menggila!!

Percayalah

Dan aku percaya hidup bukan sembarang makan, kerja, tidur. Lebih kompleks dari itu, namun lebih mudah dan bergairah jika dijalani. Pun dengan jodoh yang adalah rahasia super kompleks dari Tuhan, namun begitu mudah dan bergairah ketika dijalani serupa air.

#FF Rasi

Cantik, tahukah begitu berat merindumu, hampir saja menghabiskan seluruh energiku. Apalagi sekarang Ramadhan, masih kuatkah aku?

Bibir ini sudah tak bisa lagi bergerak, getir. Senyap, hanya sayup-sayup suara tadarus yang tak begitu jelas terdengar tajwidnya. Detak jam dinding bergerak tampak perlahan, menunjukkan sudah tengah malam. Sejak sepuluh menit yang lalu terus kupandangi atap kamar dengan warna kuning mentari ini, tak tampak warnanya hanya bayang abu-abu, ya mati lampu saat itu. Atapku mayoritas terisi atap kaca. Itu permintaanku beberapa tahun lalu supaya setiap malam dengan jelas bisa kuperhatikan cerah bintang, dan barangkali aku bisa mengenali rasi-rasi itu. Dan sudah pasti malam ini pula kupandangi langit malam dengan rasi bintang yang semakin jelas tergambar di sela-sela selimut kabut. Harapan yang sama setiap malamnya, semoga kau melihatnya juga, melihat pesanku yang tergambar di lembaran langit malam ini, lagi.


 

Copyright © Mahya. All rights reserved. Template by CB Blogger & Templateism.com