Komikus is Our Komik

Nama ini, iya nama ini, iya nama ini. . . . . Huaaa *nangis terharu*

Akhirnya nama yang bagus ada juga untuk nama blogku ini, yang kemungkinan besar akan kujaga hingga akhir hayat. Panjang ceritanya aku mendapat nama ini (komikus). Saking panjangnya mungkin langsung saja ke alasan kenapa nama ini terlahir, tapi ah gak seru kalau nama prestisius ini tak diceritakan secara detail.

Berawal dari blog standart milik kebanyakan orang, nama blogku pun juga standart seperti itu, masih menggunakan nama pribadi sebagai subdomainnya (bagi yang gak ngerti sub domain harap bersabar, karena mungkin saya akan membahasnya di lain waktu. MUNGKIN! Ahaha), yaitu muchtarprawira.blogspot.com. Setelah lumayan lama dengan nama itu, kira-kira sekitar satu tahun mulai berganti ke nama annajahu yang berarti kesuksesan dalam bahasa arab. Tak lama berselang nama itu kurubah ke bentuk awalnya karena aku merasa agak gimana ketika memakai istilah arab, kesannya harus terus terjaga kata-katanya, KESANNYA. Setelah beberapa bulan tak update blog, menjelang kuliah tahun keduaku mulai kuurus lagi blog ini dan entah sudah berapa ganti nama setelah masa itu, mungkin 5, mungkin 10. Setelah kesekian nama itu aku coba satu persatu masih tak ada kepuasan yang mendalam, ya datar-datar saja. Kemaren pun ketika aku merubah nama menjadi cak-bolang, karena aku mulai suka travelling dan nama sibolang sudah dipakai. Akan tetapi sodara-sodara nama itu masih terasa hambar dihati, ini karena aku menggunakan hati bukan harta ataupun Marta, ah entah siapa itu.

Aku klik tombol yang berkata setting, kubuka dan kutekan kata biru bernama edit. Kugubah berbagai kata indah mulai dari kata islami, motivasi, akademis, sampai yang oportunis namun gagal semuanya alias sudah dipakai semua oleh orang lain. Namun tak dinyana-nyana (bohoso opo iki) kata komikus muncul di jalan arteri otakku, KOMIKUS. . . . nama yang sangat cocok dengan hobiku, ya walaupun aku juga jarang ngambar. Namun sumpah ini aku banget, suer boi ini aku banget, sumpeh deh sumpeh sampai tumpeh-tumpeh (arrggh iklan jahanam apa lagi ini). Tapi inilah aku di masa depan, KOMIKUS or u can say KOMIK US.

Ultra Hyper Course - Anak Ilmu Komputer

Ini tentang salah satu mata kuliah yang lumayan aku pahami karena lumayan gak banyak coding. Tapi entah kenapa menjelang masa tuanya (akhir semester) mata kuliah ini menunjukkan tajinya. Dengan wajah beringas mata kuliah ini membuat kepalaku perlu menjadwalkan waktu tersendiri hanya untuk melayaninya. Memang biasanya aku tidak terlalu serius belajar. Paling juga dibarengi sama aktifitas yang lebih penting lainnya, seperti nonton film, baca komik, baca novel. Yah, karena memang menurutku nangkep ide itu lebih penting daripada ngejain soal (Ahahaha, ngawur).

Apa yang dipikirkan bapak dosen, menjelang akhir semester tugasnya mulai bejibun dan level kemudahannya mulai menurun. It's so ultra hyper difficult. Bayangkan, kerjaan satu makalah harus segera dikumpulkan dalam waktu satu hari, eh lebih tepatnya setengah hari karena mulai dari 12 siang sampai 12 malam. Bayangkan sodara-sodara, BAYANGKAAAN!

Yah walaupun begitu sebagai mahasiswa harus tetap santai, apalagi tugas bukan cuman itu saja. Masih lekat semangat mati satu tumbuh seribu, jadi tak apa-apa dong kalau aku menyisihkan tugas yang satu ini buat yang lain? gak apa-apa dong? ya kan? ya dong?

PENTING!
Jangan tiru adegan diatas jika kamu memang memilih jalan yang lurus yang di ridhoi oleh dosen. INGAT!!!

Instropeksi Diri

"Satu waktu aku merasa berat sekali menjalani 3 dunia ini, namun di waktu yang lain dengan yakin kujalani semuanya."

Yah memang pemikiran pun walau kita sudah sangat banyak referensi masih bisa juga naik turun. Itulah yang sering aku alami selama ini. Meski setiap hari buku selalu merasuki sel-sel otak, sharing, serta banyaknya pengalaman yang dihadapi, tetap jika dihadapkan dengan pilihan pasti akan kagok juga, terutama pilihan yang pertama kita lalui.

Hari itu saat banyak sekali pusat keramaian di Universitasku bernaung mengejar S1 Ilmu Komputer. Masing-masing spot menawarkan kegiatannya masing-masing, mirip saat berjalan mengitari mall yang menyajikan janji-janji super heboh. At least, mereka sangat berjuang keras untuk acara mereka. Itu yang aku suka. Aku memilih satu acara bersama salah satu adik tingkat yang cukup tinggi jika diukur kesamping. Nama acaranya ICT Day. Aku dan Pramu sudah berancang-ancang sedari awal untuk hadir di acara seminar, salah satu rangkaian acara pada rangkaian ICT Day. Dengan wajah sumringah, hati berdebar tak sabar rasanya merasakan sebuah seminar yang pematerinya dari luar. Yang aku pikir sampai saat itu.

Lift dengan tingkatan delapan kami lewati, dan langsung setelah keluar lift meja resepsionis terhidang didepan kami. Namun apa daya fakta tak selalu berbanding lurus dengan impian. Ini jam berapa men? masih aja siap-siap. Bener-bener gak professional. Ya sudahlah akhirnya kita turun lagi untuk memandang berbagai pemandangan yang entah itu asyik atau tidak dimata kami, yang penting bisa membunuh waktu yang cukup lama ini.

Anggrek putih, dahlia, pohon cemara, dan entah tumbuhan apa itu yang sedang menarik pandanganku. Cukup lama alat indera ini beradu pandang dengan sekelompok tumbuhan di depanku. Sampai kondisi itu memutarkan rekaman tentang masa-masa ketika bersama Didin, Fafan, Indah. Teman organisasiku. Ah, begini kawan ternyata yang sering mereka anggap tentang kita dulu. Sungguh memalukan, acara besar hanya terisi oleh beberapa jiwa saja. Dan malahan sekarang acara entah kapan akan dimulai. Boro-boro mulai, dibuka saja belum. Namun pengalaman itu tak mungkin kulupa, pengalaman tentang 3 kehidupan yang berjalan sekaligus. Tentang masa-masa dimana prioritas, taat, dan tepat menjadi rekan yang saling membutuhkan.

Masa dimana aku berperan sebagai seorang yang nampak sebagai ahli surga. Itu yang selalu dikatakan para pencibir. Rombongan malaikat yang sedang turun ke bumi. Entah itu hinaan atau pujian, yang penting kami masih syahdu dengan kemesraan ini, kemesraan dengan Sang Maha Pencipta. Please, jangan judge kami seperti itu, kami manusia biasa. Ada kuat ada lemah. Sebagai seorang anggota kerohanian Islam kami hanya berusaha memenuhi kewajiban 100% yang telah dicontohkan pendahulu kami.

Kehidupan kedua menjadi pacar sebuah laptop. Yap, sebagai mahasiswa Ilmu Komputer tak mungkin lepas dari yang satu ini. Yang setiap hari harus berkutat mengerjakan tugas di depan alat elektronik ini, hang out dengan berbagai media sosial yang disediakan di dunia maya, serta kerja pun masih saja tangan ini tak lepas dari yang namanya tuts-tuts canggih. Sedikit sekali waktu untuk mata ini bertemu dengan birunya langit bumi, tangan ini bercengkerama dengan halus serta kasarnya tanah. Namun kuyakin realita ini telah terjadwal sejak saya lahir, dan tinggal menjalani masa depan yang super-duper-hebat nanti.

Dan yang kubilang tadi terkait kerjaanku, dan ini menjadi sedikit hiburanku selama ini. Menggambar. Yap, walaupun masih berkutat di depan laptop, namun ada rasa tersendiri yang menghiasi otak dan dada ini selain bosan. Bahagia. Kerjaku menggambar tentang apa-apa yang menjadi permintaan dari orang yang entah tak aku kenal siapa dia dengan baik, hanya terjalin ikatan nama dan kebutuhan.
Tiga kehidupan yang lumayan menyita waktu, namun tepatnya bukan menyita, namun mengisi ceritaku yang paling tidak bisa mengisi blog ini. Ahaha. Inilah jalan hidup yang kupilih kawan, dan inilah pula jalan hidup yang ditakdirkan Allah untukku dan untuk semua makhluk yang berhubungan denganku. I hope this life can make anyone in my side be happy.

Setelah rekaman beberapa menit selesai diputar, kami lanjut kembali ke lantai atas tanpa cuap-cuap yang cukup lama, mungkin memang bukan tipeku. Hahaha, gila! akhirnya langkah kami direstui, mbak-mbak yang lumayan cantik, namun kurasa tidak cantik (eh hus, dasar jomblo gila) menyapa kami dengan senyumnya.
"Selamat pagi mas, silahkan registrasi ulang dulu".
Hah? pagi? Jam berapa ini? Namun tak baik kalau senyum itu dibalas cemberut "Pagi mbak, iya". Dan serasa otakku bekerja lebih keras dengan sendirinya, Wah apa? registrasi ulang? aku lupa boy. Kami berdua memang lupa registrasi, namun kenapa ingatnya pas saat itu, yang datang seminar lumayan banyak lagi, gak ada harapan untuk kita agar bisa menjadi pengganti dari beberapa nama di kertas itu. Dengan santai kuucap "Oh?", kami pulang karena memang tak ada kerjaan disitu. Paling tidak memori ini masih menyimpan semua kerja tubuh selama ini, sehingga masih memberikan kesempatan otak ini untuk terus introspeksi diri.

BUMI ITU DATAR BOY


Ini nampaknya perlu dijadikan headline di berbagai media mainstream, bahwa bumi itu bulat yang selama ini kita pelajari mulai dari sd sampai sekarang ini ternyata salah kaprah, BUMI ITU DATAR. Begitu ucap dari komunitas ini, yaitu komunitas yang menyebut dirinya Flat Earth Society.

Mereka menyatakan bahwa bumi itu tidak bulat seperti bola, tetapi bumi itu datar dan berbentuk cakram.  Di tengah bumi adalah kutub utara dan kutub selatan mengelilingi bumi, namun lebih mengherankannya lagi  kutub selatan atau mereka sebut tepi bumi itu dikelilingi tembok-tembok yang sangat tinggi yang dijaga oleh NASA. Para anggota NASA menjaga tepi bumi agar manusia yang melewati sana tidak jatuh dari bumi. AMAZING, dan saatnya mengeluarkan jurus ampuh “WOW”.

Mungkin setelah itu bakal ada teori bumi itu kotak dan kita hidup hanya disatu sisi bumi yang datar. Untuk sisi yang lainnya belum terdefinisi seperti apa. Ahaha

Sampah Retorika

Sampah
Retorika
Politik
Bualan

Sedang jadi pemeran utama
Sedang jadi pemegang peran
Sedang sibuk berkoar di otak
Sedang sibuk berikrar di ruang

Entah
Pasrah
Marah

Menyenandung di hati
Mendendang merdu
Menawan pikiran
Tentang apa yang disebut sampah

Hantam
Kejam

Sedang berkecamuk
Sedang mendidih
Sedang berkoar
Sedang beraksi

Iman

Jadikanku anteng ayem
Namun bukan mlempem
Dengan kalem
Menghantam problem



Tak Suka? Mari Diskusi

Kalau di pikir-pikir lagi, warga Indonesia, jawa khususnya suka sekali memendam perasaan. Sehingga tanah yang seharusnya dibuat berkebun banyak digunakan untuk mengubur perasaan-perasaan yang entah itu berguna atau tidak. Belum lagi jika perasaan itu sangat berharga jika saling dibagikan ke yang lain atau yang berhak. Bukannya dipendam dan mengganggu perkebunan.

Saya hanya bilang budaya ini tak tepat digunakan untuk mengatasi sebuah permasalahan, kalau mengubur suatu permasalahan itu tepat sekali. Tapi apakah benar permasalahan itu sudah hilang. Malah permasalahan itu bisa menjadi sebuah tumbuhan beracun yang semakin besar dan besar jika tidak segera dibabat habis secepatnya.

Masalah itu untuk diselesaikan, perasaan pula pastinya untuk dibagikan dan disalurkan. Bukan dipendam atau diam di satu sisi, namun koar-koar disisi lain. Itu musibah namanya.


 

Copyright © Mahya. All rights reserved. Template by CB Blogger & Templateism.com