Resolusi (bukan) Polusi

Diluar sana sedang terjadi polusi. Polusi kendaraan dan polusi suara. Sumpah bising banget. Saya cuma kasihan sama bapak yang mirip Meggi Z, sedang sakit gigi. Atau yang mirip saya, sedang sakit hati. Ciee, wkwkwk. Ramenya minta ampun entah dijalan dirumah di warung. Dimana saja rame jelang tahun baru ini, padahal angkanya gak cantik 20(13). 

Sementara itu disini, di sudut kamar kecil kesepian meratapi nasib yang gak bisa pulang kampung akibat serbuan tugas dan UAS. Iya ini Brawijaya yang UASnya bertepatan dengan liburan. Tak apa sih, yang susah itu tugasnya jelang UAS yang bikin kite-kite gak bisa nyante. Tapi untung sekarang sudah selesai semua.

Besok sudah 2013 yang berarti umur semakin nambah. Susah, banyak yang belum terambah. Apalagi kesepian seperti ini, tak ada yang menemani. Cukup secangkir kopi bareng roti isi untuk mengganjal isi hati yang belum terisi. Aaah mungkin aku harus berjanji untuk segera merubah diri menjadi pejuang sejati yang tak kenal henti mencari istri. :D wkwkwk. Maksudnya mencari uang buat melanglang ke atas awan. Menerjang wawan yang sering menghadang, apalagi perawan.

Jadi tahun 2013 nanti harus segera berbenah diri supaya mandiri dan segera menggenapkan diri tentunya dengan ridho Illahi. :)

Cukup sekian dan terima kasih. Selamat berolahraga menyambut cita-cita baru.

Futur

Saya akhir-akhir ini sering merasakan suntuk, malas, penat. Dan setiap mengerjakan apapun merasa tidak nyaman. Bahkan makanpun serasa ada ganjalan di hati. Entah apa itu.

Kata teman sih futur atau turun semangat. Kenapa bisa begitu? saya juga kurang paham. Yang jelas semuanya tak ada gairah. Ketika sholat serasa sepi. Seperti ada yang mengejar, padahal jika di tulis dan di kroscek kembali mungkin cuma satu atau dua tugas yang belum terselesaikan. Akan tetapi menimbulkan efek yang berlebih. Ya gelisah itu tadi.

Akhirnya saya diketemukan dengan buku "Pengobatan Komprehensif Penyakit Hati" karya Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Alhamdulillah bisa diketemukan dengan buku ini. Di awal pengawalnya buku ini membahas tentang berbagai penyakit hati serta obatnya. Karena setiap penyakit pasti ada obatnya, kecuali ketuaan. Dari sini serta dikaitkan dengan masalah tadi saya membagi permasalahan ini menjadi dua tahap. Yang pertama tahap dimana masalah-masalah yang dihadapi cukup masalah duniawi, seperti tugas, konflik dengan teman, kecelakaan, dan sebagainya. Lalu tahap kedua adalah permasalahan ruhani, yang sudah pasti berpengaruh ke masalah duniawi sehingga merasa gelisah, resah, gundah seperti tadi.

Untuk masalah duniawi kita cukup mengerjakannya akan selesai dengan sendirinya. Jika banyak tinggal me-manage dengan baik, ditentukan skala prioritas, lalu dikerjakan. Cukup itu saja.

Untuk detail introspeksi kita pada tahap satu, kalau saya menggunakan konsep seperti ini.
   1. list permasalahan
   2. fikirkan prioritas
   3. pisahkan menurut prioritas
   4. jalankan atau selesaikan satu persatu masalah (ingat saat menyelesaikan masalah satu, jangan memikirkan masalah kedua dahulu)
   5. setelah masalah pertama selesai, jangan lupa tulis note untuk masalah itu. agar mudah ketika menghadapi masalah yang serupa.
   6. lanjut ke problem selanjutnya.
   7. setelah semua selesai, jangan lupa membuat list agenda dan prioritas untuk hari esok.
Namun hal diatas hanya sebatas teknis, dan saya kira masing-masing individu memiliki caranya sendiri.

Pada permasalahan tahap kedua ini membutuhkan introspeksi yang lebih dalam lagi, karena ini pengaruh dari ruhani kita. Kemungkinan terbesar dari permasalahan-permasalahan saya yang menyangkut hati adalah dosa. Dosa yang menutupi hati. Sehingga tampak gelap, kelam.
Rosulullah bersabda "inna likulli syai'in tsoqola, wainna tsoqolatal qulub dzikrullah..."
"Sesungguhnya segala sesuatu ada pembersihnya, dan pembersih hati adalah dzikrullah..."
Dzikrullah disini adalah mengingat Allah, mendekatkan diri kepada Allah. Jadi memang berat untuk mengawali, akan tetapi inilah gerbangnya untuk mengatasi masalah ini. Dengan setahap demi setahap kita mendekatkan diri kepada Allah. Sehingga alasan kembali ke jalan yang buruk seperti sebelumnya lebih tertutup. Kenapa? karena jika kita berubah secara ekstrem. Misal langsung tahajud tiap hari, puasa Daud, tlawah dua juz tiap hari. Perubahan yang ekstrem seperti diatas tak selang lama akan membuat bosan yang akhirnya membuat kita malas ibadah lagi. Jadi ayok bareng-bareng perlahan-lahan mendekatkan diri kepada Allah. Karena Allah lah segalanya bagi kita.

Billahi taufiq wal hidayah wal inayah.

Kerinduan


kukira menahan rindu itu mudah
kukira menahan cinta itu gampang

Tak kusangka
ketika rindu menggebu
ketika cinta tergali
perih mulai tumbuh
tumbuh beserta segala kerinduan
muncul menyertai cinta yang menanti labuhannya

Tak kusangka
Kekarnya badan ini
Kuatnya otak ini
tetap layu tunduk
dibawah kerinduan yang menggebu


TEAM?


Team?
Apa itu?

Manusia yg saling berkumpul kah? Atau sebatas organisasi yang sering kia temui?
Benar semua, orang – orang yang saling berkumpul dan membuat suatu kesatuan baik itu berupa organisasi, forum, komunitas, atau disebut dengan kata yang lainnya, itulah team.

Lalu kenapa kita membutuhkan team? Saya teringat dengan salah satu dorama jepang “TMD”, yang mengajarkan segala hal tentang team. Mulai hal yang terkecil sampai hal yang paling penting. Jikalau kita hidup dilahirkan secara sendiri dan dan matipun nanti pasti sendiri, tapi walaupun kita terlahir sendiri, namun masih ada orang tua yang menjadi cikal bakal kita. Masih ada proses yang lama sebelumnya yang menjadikan kita bayi mungil yang didamba-dambakan orang tua, atau paling tidak diridhoi Allah untuk menjadi pemimpin di dunia. Bukankah ridho Allah itu yang selalu kita cari dan harap?

...

Jadi TEAM itu seni tentang hati, posisi, fikiran, serta badan. Yang kesemuanya itu berpadu menjadikan keselarasan antara makhluk hidup satu dengan yang lainnya.

Kisah Sang Pangeran Komik(us)



“Kitab ini akan kujaga, baik fisik maupun batin”

Kerajaan Komikus, dimana wayang dan dongeng menjadi pokok utama. Pokok dalam setiap sendi kehidupan. Tentang ideology, tentang semangat, tentang budi luhur, tentang bakti semua terdefinisi dalam dua hal tersebut. Wayang dan dongeng.

Terletak di kerajaan tersebut seorang Pangeran terlahir kembali setelah pertapaannya yang cukup lama. Mempunyai sebuah misi. Misi yang tertulis dalam kitab suci, selebar daun kelor, setebal itu pula. Kitab suci yang berisi tuntunan hidup. Tuntunan yang hanya dirinya yang bisa membacanya.

Di dalam kitab tersebut tercantum salah satu mantra yang bernama “FLP”. Entah kenapa mantra itu begitu memukau, begitu menggiurkan mata Pangeran. Sehingga salah satu misi Pangeran ini adalah mewujudkan janji yang telah ditunjukkan kitab itu.

Namun jalan untuk memecahkan teka-teki mantra tersebut belum ada satupun yang manjur. Putus asa, Pangeran berjalan menyisir perkampungan, melihat indahnya taman yang masih asri, sekaligus melihat Asri-Asri yang ada di taman. Menyegarkan.

Akan tetapi mata Pangeran yang sebelumnya tak bergerak memandang Asri-Asri di taman, kini seperti diputar secara paksa. Dipaksa oleh kesegaran yang melebihi kesegaran sebelumnya. Terpampang pengumuman terkait “FLP”, Pangeran terpikat.

Ini kunci yang aku butuhkan, mungkin ini kunci mantra itu.
Tak disangka kaki Pangeran terkilir ketika latihan perang, prajurit pun dipanggil untuk mengantarkan sang Pangeran pergi ke tempat yang telah diberitahukan di pengumuman dekat taman kampung, pergi untuk esok hari. Tempat berkumpulnya para kesatria-kesatria tangguh dari berbagai penjuru negeri.

Malam menjelang, Pangeran ingin kehadiranya besok optimal. Pergilah beliau ke sebuah tempat keramat. Tempat favorit Pangeran setiap hari, beliau semedi. Sunyi, senyap, namun sangat ramai sejatinya.

Pagi berkabar. Namun Pangeran belum juga bangkit dari semedi, prajurit pun menunggu sampai sang Pangeran selesai semedi, walaupun itu harus membuat kakinya kram. Karena itu bakti seorang prajurit kepada pimpinannya.

Akhirnya tubuh kekar nan gagah itu terang, bangkit dari semedinya. Dan perjalanan pun langsung dilakukan.

Perjalanan tak berjalan mulus begitu saja. Arak-arakan pasar tumpah mengekor hingga kemana-mana. Jalan buntu. Terpaksa harus memutar haluan, menjauhi kebuntuan-kebuntuan lainnya.

Tibalah Pangeran dan prajurit di depan gerbang tujuan. Gerbang Kerajaan FLP, begitu kiranya. Tampak megah, tampak indah. Paduan merdu yang mengharmonisasi setiap insane untuk terhanyut mengikutinya.
Memang benar apa kata isu-isu itu. Inilah kumpulan para kesatria, kesatria dari segala penjuru dengan kehebatan masing-masing. Akan tetapi. . .

Kemegahan ini masih belum memuaskan” begitu kata Pangeran.

Teka-teki mantra dalam kitabnya masih abu-abu, belum tampak secuil terang sama sekali.

Acara 'KEREN' (Bintang Aktivis FMIPA UB)

Salah satu peserta perwakilan FORKALAM

Acara asyik ini namanya. Kita telusuri dari masing-masing sudut. Kita lihat dari para peserta nampak seperti sedang membawa batu satu truk, bahasa lebay-nya sih seperti itu. Soalnya bikin ngantuk :D

Acara awal dimulai dengan sesi tanya jawab, mirip banget sama acara-acara bintang yang lainnya gitu. Contoh Miss Indonesia atau Miss Universe. Pada sesi ini para peserta tadi masih nampak seperti para pejabat kita, bahkan sangat meniru presiden kita terkait jawaban dan tata penjawabannya. FORMALIS BANGEEET. Seperti ini :
“Iya saya prihatin atas kejadian tersebut, harusnya kita bisa mencegah.” Hahaha. Mungkin seperti itulah gambarannya. Entah kenapa masih sama, entah pemerintah yang salah atau pendidikan yang salah. Mirip lingkaran setan pokoknya.

Lanjut ke posisi juri masih belum berani memberikan perlawanan yang mantap, kurang ada punchlinenya. Ini bukan punchline standup yah. Masih sesuai alur yang padahal sangat bisa dipatahkan dengan mudah. Mungkin memang rencananya seperti itu, tapi entahlah gueh cuma nonton disini. Ahaha.

Peserta mulai bercucuran keringat, banjir bro disini. Eh ternyata memang karena drainase disini yang kacau. Dan melanjut ke sesi curhat yang entah termasuk faktor penilaian juga atau tidak. Tapi sayangnya yang curhat-curhat itu belum ada yang nangis. Tapi keren bro lomba ada sesi curhatnya. Mungkin yang paham sama paragraf ini cuma yang nonton saja. Panjang bro ceritanya, dan gue males nyeritain.

Eh ternyata yang gugup bukan peserta saja bro, juri juga makin mengalir keringatnya. Entah kenapa, pengen jadi peserta juga mungkin.

Oh nampaknya MC juga ingin ikutan menjadi peserta. Setelah peserta menjawab ada sesi MC menjawab ini yang saya rasakan sekarang. Ini sumpah keren sekali MC-nya. Sangat berambisi untuk k-ikut jadi peserta. Sabar ya mbak, tahun depan masih ada kok. :D

Dan ternyata penonton pun juga gugup. Apa boleh buat, acaranya pagi yang standar gue belum sarapan, namun disini pun tak ada makanan yang dibagikan. Kasihani kami ya Tuhan T.T

Dan gue akhirnya juga gemes pengen jadi peserta juga. Peserta semua jawabannya formalis banget sih, geregetan deh akhirnya. Tanggapan gue tentang materi terakhir sebelum pemilihan tentang masing-masing peserta dan pertanyan adalah disini ada berbagai macam karkater yang berbeda. Menurut saya tidak boleh ada diskriminasi dari masing-masing karakter karena karakter itu merupakan way of life. Namun bukan berarti karakter yang berbeda tersebut menjadi pembedaan level dari masing-masing individu. Misal seperti karakter seorang pemimpin, pendiam, suka berpikir, penurut. It's just some sh*t jika itu menjadi pengotak-kotakan peran.

Apakah FORMALITAS itu penting? Ataukah memang sudah seharusnya ditinggalkan?

Tahap selanjutnya. . . yaitu pemilihan berapa besar lupa. Ahaha

Finger Print di DPR, perlukah?


Perlukah presensi menggunakan finger print bagi para wakil rakyat kita ini? Kenapa harus begitu? Apakah memang wakil kita ini suka bolos? Kenapa suka bolos? Apakah memang kurang penting? Lalu apa sebenarnya yang wakil rakyat kita kerjakan dan harus kerjakan?

Timbunan pertanyaan diatas bukan kekurang sukaan rakyat kepada wakilnya, tetapi merupakan wujud perhatian rakyat kepada para manusia yang mewakili rakyat di gedung Senayan.

Finger Print mulai digunakan tanggal 19 November 2012 saat sidang paripurna pada masa pemerintahan SBY tentunya sebelum itu menggunakan absensi biasa (tulis) dengan tingkat kehadiran (saya belum menemukan referensi yang jelas) Setelah menggunakan finger print kehadiran anggota dewan sama saja alias masih banyak yang bolos.

Tetapi kenapa solusi yang diberikan yaitu finger print? Kalau begitu, berarti wakil rakyat itu tidak tulus menjalani amanahnya sebagai wakil kita. Apalagi umbaran janji waktu pemilihan yang sebegitu menjanjikannya. Tapi kenapa sekarang lesu sekali untuk menghadirkan raga sekaligus jiwanya untuk mewakili rakyat Indonesia.

Menurut pendapat saya walaupun secanggih apapun alat presensi itu, tak ada gunanya jika masih tak bisa menghadirkan jiwa-jiwa para wakil rakyat untuk benar-benar berada pada jalannya. Karena inti kerja adalah pada hati. Jika tak ada hati pada kerja itu, maka tak ada pula keseriusan.

Maka yang terpenting adalah menggunakan hati dalam bekerja, dan budaya itu perlu ditumbuhkan di jiwa para wakil kita ini. Bagaimana? Nah itu adalah tantangan para wakil kita ini, karena saya yakin dari 560 anggota DPR, ada salah satu atau lebih yang benar-benar bekerja dengan hati.

Edi Purnama (Stoik)


Begitulah nadanya. Berbalut terang lembut purnama malam. Tak pasrah dengan gelap malam. Apalagi menggerutu, mencaci, mengecam kedinginan malam, apalagi menggigilnya kota Malang.

Begitulah kiranya. Sosok inspiratif, walaupun tak bertubuh kekar ataupun bertampang bak artis dadakan ketika pemilihan pemimpin mahasiswa di udarakan.

Begitulah sosoknya. Ketika ku pertama kali mengenalnya, atau lebih tepat pertama kali memahaminya. Sosok yang kalem –berhubung berdarah sunda– di setiap masa, meskipun itu ada bangku yang terbang. Solutif memikirkan masa depan dimanapun tempatnya. Dan yang paling terasa sosok kakak yang mengayomi setiap adik serta sahabatnya. Walaupun tak melulu menggurui. Membiarkan aku berjalan sendiri.

Namun yang sedikit membuatku bertanya-tanya adalah kenapa lulusnya masih lama juga?

Apakah memang para orang langka idaman bangsa itu seperti ini?

Apakah memang para pelopor itu juga tak butuh ijazah kampus?

Apakah memang . . . ah entahlah. Yang penting sosok ini salah satu inspirasi bagiku. Bagaimana taktis dan jelasnya merancang masa depan.


 

Copyright © Mahya. All rights reserved. Template by CB Blogger & Templateism.com