Kumpulan Status FB #2

Katanya Islam itu membatasi gerak manusia. Ya memang membatasi. Air jika tak mempunyai batas atau wadah akan meluber kemana-mana dan akhirnya tak berguna atau bahkan menyulitkan pada hal lain. Pada level yang besar? Laut? sampai sekarang alhamdulillah masih terbatasi dengan adanya gravitasi, sehingga tak meluber kemanapun, dan memberikan banyak manfaat.

Menjadi bagian dari hidupmu adalah sebuah kebahagiaan bagiku

Menikah bukan sembarang seberapa cepat mendapat pasangan lalu menimang anak cucu, bukan pula sekedar meredam nafsu yang sudah diujung tanduk. Tapi bagaimana akad itu menjadi janji dan saksi bahwa islam kedepannya akan lebih terlihat jelas keindahannya.

Tak usah suka mengumbar janji. Janji pada siapapun, janji apapun. Jalani saja, dan biarkan janji itu ada di hati, tak lebih.

Ada hal2 yang memang tak perlu dijelaskan, pun tak perlu mencari penjelasan. Semua akan datang pada waktunya. 

Kumpulan Status FB #1

Ku bahagia tanpa sayap tanpa gemerlap. Tertunduk kerdil penuh harap. Mengharap hingga bintang hinggap. Tanpa tahu kapan itu akan melengkap. Namun aku tahu itu sedap. (3 Januari 2013)

Hujan sore turun, mencumbui tanah lapar, menyalami daun haus. Memang tak akan pernah terlupa kasih kekasih ini. Namun disetiap pertemuan kekasih ini pastilah terawali gelap angkasa, menandakan hujan kan datang. Maka dari itu. . .
“Gek entasono memeanmu, selak kudanan.” XD (2 Januari 2013)

Sungguh biru album itu, penuh dengan bisu dan kelu, namun tak sekalipun mengetuk pintu. Mungkin itu hantu ibu, hantu yang membawa kenangan masa silam, membawa sejumput rindu yang tak bisa berpadu. Selaksa rindu penuh haru.
Sungguh ibu, rinduku akan berpadu. Menyingsih pilu meluapkan syahdu. Di hari itu, aku akan datang menuntaskan rindu yang tak pernah menyatu. Ibu. (31 Desember 2012)

Mihrab membiru, dingin, sepi. Lama tak bersanding hangat tetes tiap butirnya. Kini masih dingin membeku, juga membisu. (27 Desember 2012)

Aku yakin akan resahku
Aku pasti dalam bingungku
ialah resapan-resapan air
tak tahu apa isinya
Suatu hari nanti
suatu saat nanti
Kokoh, penuh rimbun
Peneduh keramaian
Benteng keributan.
Penyatu.
Namun masih menunggu
Belum sadar.
Tapi yakin. (27 Desember 2012)

Perut itu, tak pernah mengutuk Tuhan. Dia hanya bertanya itukah takdirnya? Menjadi tak serasi dengan tubuhnya. (25 Desember 2012)

“Saya suka Qur’an.”
“Really?”
“Ya, karena saya juga suka sama yang megang Qur’an.”
“Plaaaak!!!” (21 Desember 2012)

Perempuan itu. Anggun bermahkotakan jilbab. Sejuk dalam kilatan pandang. Senyumnya tak ada yang mengganggu. Ini ukuran. Sesat. Cacat. Jilbabnya penuh ulat, penuh maksiat. Ulat mempunyai sarang sekarang, jilbab. Jilbab. Habis, habis tergerogoti. (13 Desember 2012)

Tangan yang mungil berbanding baktinya. Badan yang ringkih menopang harinya. Mata yang sayup-sayup, menjadi saksi matahari rembulan. Peri kecilku, peri kecil raga mungil, namun emas. (13 Desember 2012)

Tangis. aku sekarang lupa tentang gelap, tentang desir manis tanpa tanding. Terang merajai, menguasai singgasana. Tekat. Besok, kukutuk raja itu jika masih terang. Besok. Lusa. Lusa kembali. Gelap harus merajai, menguasai singgasana, mengakar. (13 Desember 2012)

Tengadah, diam, terbang. Setiap sepoinya membawa entah kemana. Keringnya bibir menandaimu kokoh disana, tak bergeming. Mulai kau angkat tipis bibirmu, manis. Terangkat pula hatimu, terbang. Hingga ujung saling menakdirkan, desir tak terbantahkan lagi, kali ini nyata. Bersama kau rekam selaksa memori di hamparan luas itu, Tokyo.
Tokyo Tower, suatu hari nanti.(13 Desember 2012)

Kampung damai, kampung damai
bayangmu bagai permadani permai
menyelinap di setiap sepi ramai
oh kampung damai, kampung damai
ingin segera kusemai
cinta yang telah lama menggunung mamai. (7 Desember 2012)

Debat, saling babat, tak peduli tempat, yang penting mantap, kalau perlu saling bekap, buka semua supaya tersingkap, membabat dengan lahap, sampai ada yang terjerembap.
Oh debat. (6 Desember 2012)

Ah terkadang putih itu menjadi golongan utama, tak perlu terpesona cantik wajah pink, semangat membara merah, ataupun kalem hijau.Karena dia tak melihat ruh warna yang membentuk pelangi, hanya sesosok warna monoton, yang memang tak perlu di tonton.
Sehingga cukuplah dia dengan putihnya memberi kesucian setiap insan, putihnya menjadi pembersih supaya jernih.
#golput (6 Desember 2012)

Umi, ingin aku memanggilnya sekali dengan nada merdu itu. Namun naskah menuliskannya dengan nada kesahajaan itu ibu, dan aku bahagia.
Umi tercinta, ibu terkasih. (5 Desember 2012)

#FiksiBianglala - Kenangan Terakhir

Sumber: timlo.net
Kereta ini berjalan lamban membawa suasana muram. Bukan karena hujan yang selalu menyendu, tapi semua karena dirimu.

Setelah melewati satu putaran aku tetap terduduk di pojok belakang, sambil mengulurkan uang kembali ke petugas. Satu putaran lagi. Memang singkat kereta merah ini berjalan, sebatas seputaran alun-alun. Membawa beberapa anak kecil bersama orang tua di kanan atau kirinya. Selalu ada anak kecil yang melambai keluar, melambai ke setiap yang ditemui di jalan. Bahkan jika angin berwujud, mungkin akan disapa juga. Mirip seperti aku dulu yang katamu sungguh memalukan, sampai kau tak anggap aku teman dimata orang-orang kala itu.

Dan sekarang aku menepati janji kita sekali lagi.

Malam beserta rintik ritmis gerimis membawa pergi suara kereta mini yang pekak, menghamburkannya bersama lesir angin yang lembut, melebur menjadi sebentuk obat kerinduan. Menyapu pipiku... Ah iya inilah obat rindu itu.

Aku ingat betul saat kau tersengal-sengal, tergeletak di pangkuanku, tak kuat menahan sesak kereta, asmamu kambuh. Dan tepat di kursi sampingku -yang sekarang diisi adik mungil yang sedang tertidur layu di gendongan ibunya- ini kau terkulai, membuat panik seluruh manusia sekereta. Aku panik juga, menggendongmu pulang, membelah kerumunan pengunjung. Ibumu tegang. Tapi untung obat asmamu masih di lemari yang rendah itu. Mempermudahku mengambilnya.

"Setiap tahun ketika hari terakhir pasar malam, jangan lupa kita harus melihat kembang api dari kereta tadi. Di tempat duduk tadi. Aku tak mau kenangan terakhir di tempat itu jadi kenangan yang buruk."
Begitu kan katamu? Ya sejak itu, setiap tahun, aku selalu menepati janji itu. Di sini, kereta yang ingin kau hapus kenangan buruknya dengan kembang api tengah malam. Dan ini janjiku, yang akan selalu kutepati sampai mati jadi ujungnya. Meski kau tak hadir hari ini lagi.

Kutahu kau tak mungkin hadir. Tapi aku ingin membuatmu hadir di sini. Memang seperti memaksa, tapi inilah sebentuk usahaku. Membantumu, sehingga kenangan yang kau bawa itu bukanlah kenangan terakhir. Tapi lihatlah kembang api tengah malam ini, indah sekali bukan? berlatar rembulan menguning. Apakah kau melihatnya di sana?

Selamat istirahat sahabatku... Semoga kau damai bersama doaku disetiap tahun diatas kereta ini.

Hah? Mau Nikah?

"Wah apa? Beneran ya dia udah mau nikah? kok gak ada kabar, mak bejungjut gitu aja."
"Yah turut berduka cita deh cowok-cowok seangkatan. Hahaha"
"Kalau jodoh mah, udah jalannya sih."

Obrolan ringan berujung galau para anak muda yang sebetulnya sudah mengarah ke tua. "Terus kamu kapan bro nyusul? masih betah aje."
"Emang ini UAS apa pake nyusul? UAS aja suruh kejar paket C kok. Hahaha"
"Sudahlah tak usah diributin. Itu angkot jalur mereka yang berangkat. Angkot jalur kita masing-masing nanti juga dateng. Tinggal nunggu bentar atau lama tuh angkot dateng."
"Nah, seberapa lama?"
...
Ngngngngng...
...
Tetiba jadi hening. "Udah ya balik kamar dulu deh, udah malem." Alibi para galauers yang udah kepojok.
... siuuuwww.... wuss... angin malam pun terlihat dingin bagi mereka.

Ratapan dari kamar masing-masing hanya terlihat senyap. "Ya Rabb kau tahu doaku setiap malam. Atau bahkan kau sampai hafal? aku saja sampai bosan ya Rabb. Kabulkanlah... kabulkanlah... Aamiin."

Hahahahaha

Simpul Nyata atau Maya?

Hah. Tak habis pikir ketika melihat cowok mau-maunya dijadiin babu, malah kelihatan sekali tak tegas/ tak punya pendirian. Mau ngelakuin apapun demi sang pujaan hati puas dan tak meninggalkannya. Kenapa sih mesti begitu? ada yang menganggapnya berlebihan, tapi aku menganggapnya gila. Gila banget, kita sebagai cowok punya harga diri dan proses berfikir sendiri. Eh ujung-ujungnya suruh sana suruh sini ngikut aja. Gak ada inisiatif kalau ditanya ini itu, terserah dinda saja. Puhh.

Tapi memang mungkin itu yang dimaksut dari Tere Liye. Keambiguan antara simpul nyata dan maya. Kita sudah tak peduli lagi atau tak bisa membedakan mana simpul yang nyata dan simpul yang dibuat-buat (angan-angan). Sehingga apapun itu kita lakukan demi perasaan terpuaskan, yaitu dengan memuaskan pasangan kita (biasanya sih ABG yang sedang kasmaran). Mungkin ini ya yang dinamakan "dimabuk cinta". Adududuh.

Tapi tahu gak kalau perasaan yang mengaduk-aduk batin ini (ceileh) juga dirasakan mereka-mereka yang tak pacaran juga. Ada yang jomblo, tapi juga ada yang memilih sendiri untuk hal ini. Untuk tipe kedua aku punya temen-temen yang memang prinsipnya gitu. Langsung nikah tanpa pacaran gitu, tahu pasangannya ya dari perkenalan biasa gitu.

Back to the topic, mereka ini juga bisa dong dilanda kasmaran? Lalu karena belum siap -termasuk bagi yang belum berani-, akan mendem dalem-dalem perasaan mereka ini. Ini bagus, gak bikin gonjang ganjing dunia akhirat. Akan tetapi masalahnya disini "luka" yang menganga tadi dibiarkan melebar, tanpa ada pertolongan pertama. Sehingga di alam pikirannya akan terbentuk harapan-harapan yang semakin jauh, juga prasangka-prasangka yang gak seharusnya. Kenapa aku bilang pertolongan pertama? karena kalau mau dioperasi/ obat secara tuntas, ya nikah.

Nah, harapan dan prasangka ini tadi yang bisa membuat simpul-simpul maya kelihatan seperti nyata. Eksampel... C suka sama D, tapi C belum siap. Akhirnya di pendem dulu nih perasaan. Lama kelamaan dalam pikiran si C yang muncul si D... D... D... D... D... D... teruusss...
"Kok si D akrab banget ya sama dia, jangan-jangan dia suka sama dia."
"Emm... apa ya maksut senyumnya kemaren..." Puhh, baru disenyumin aja udah bahagia banget.
Dan pasti rasanya gak enak banget kalau udah stadium IV. Makan gak enak, tidur gak enak. Yang enak cuma denger suaranya, atau bahkan baca tulisannya aja udah serasa melayang-layang. Gak penting apa isi tulisannya. Walaupun sekedar "Duh, seneng deh...", pasti akan dikait-kaitkan ke banyak hal. Ini pasti abis ketemuan tadi deh. Hellow...

Menurut pengalaman pribadi ini ya (hahaha), hal-hal kayak gini kalo gak segera diatasi bisa menyebabkan seperti orang gila yang aku tulis di atas. Hahaha... kasian. T.T

Terus bagaimana? kalau aku pake logika. Bener dia cinta sama aku juga gak? Lantas setelah cinta? Kalau tak cinta lantas? bumi masih berpenghuni 6 miliyar lebih. Pokoknya semua dirasionalkan dahulu. Dan kedua, ini yang paling mantep. Menganulir semua cara, teknik, maupun logika kita. Lebih deket sama Tuhan. Yang luka kan bagian hati, sudah fardhlu kalau obatnya pake obat batin.

#Quote

Kau pikir Tuhan pakai dadu untuk menentukan nasib?
Lalu mempermainkan hidup kita seperti monopoli?

No Excuse Bro...

Tadi sempet liat bola lagi, selama puasa tipi selama beberapa tahun. Alhamdulillah sudah ada perubahan baik di sepakbola Indonesia, walaupun sedikit.

Di sepakbola tadi saya cuma mau bahas karakter pemain bola saja, terutama pemain bola asal jepang yang saya lihat tadi. Kalau gak salah sih antara jepang atau korea gitu, soal nama lupa gan... sowry. :D

Karakter mereka tuh menurut pendapat saya kuat, gak pantang nyerah, plus yang perlu ditekanin 'no excuse'. Kalau kuat dan pantang nyerah mungkin sudah banyak yang tahu itu jadi salah satu ciri khas mereka.

Tapi saya kagum banget sama karakter 'NO EXCUSE' mereka. Di tengah banyak banget pemain Indonesia (maaf bukannya gak cinta tanah air, but it's fact) yang sering nyela wasit yang gak adil, nyela rumput yang sibuk bergoyang. Mereka ini gak sama sekali jadiin itu semua sebagai excuse mereka. Yang penting mereka main, lalu menang. Titik!

Jadi tadi liat gol kedua yang diciptain si dia keren banget, padahal lapangannya bergelombang bagai badan Inul, plus bolanya juga gak nempel tanah. Tapi mereka malah buat yang gak nguntungin tadi jadi goal yang super keren. Coba bayangin dari luar kotak penalti, di kurung dua orang, dia shoot langsung tanpa kontrol. Dan jadinya bolanya malah melengkung masuk gawang ngelewatin atas kiper. Cuma bengong aja deh tuh kiper.

Pokoknya keren banget deh orang yang gak punya excuse buat maju. Salut aja gitu. Ditambah optimis juga sih. :D

Satu langkah itu

Satu langkah itu
Berdiri di samping kasur setelah semalaman tidur
Satu langkah itu
Mandi pagi, dimana suhu sedang tak bersahabat.
Satu langkah itu
Bukan langsung terpenuhinya harapan
Tapi adalah jejak yang nikmat dipandang sampai kapanpun ketika kita berada di samping harapan.

Mari awali dengan satu langkah di pagi dini, sampai akhirnya harapan jadi nyata.

Sabar, Nunggu Momentum

Saya memang belum pernah mengalami hikmah kesabaran. Namun apa salahnya mencoba, menyamai pendahulu.

Sabar. Selalu kata itu menentramkan, namun sering disalah artikan. Sabar beda dengan pasrah. Sabar adalah salah satu model dalam bertarung, namun bukan untuk pasrah. Ketika pasrah kemenangan itu sudah hilang, nol! Namun sabar menjadi strategi sendiri. Strategi memanfaatkan momentum. Ketika posisi kita pada performa optimal, dan musuh pada posisi kurang menguntungkan. Membuat prosesi pertarungan lebih berpihak ke kita. Kesempatan kemenangan terbuka.

Begitu pun dalam hidup, dibutuhkan waktu-waktu untuk sabar agar mendapatkan momentum yang tepat. Namun pengertiannya juga harus tepat tentang sabar ini. Harus ada persiapan di dalamnya, ada penambahan nilai dalam proses sabar itu. Yang akhirnya momentum yang tepat dapat tercapai. La jelas gak bakal nemu momentum kalau waktu menunggu itu hanya diisi menunggu dan diam -walaupun kadang tindakan tersebut yang terbaik-.

Lantas?

Ayolah bukankah dalam hati ada beribu rasa? bermacam-macam. Lantas kenapa adanya satu rasa itu memforsir porsi otak untuk memikirkannya?

Ayolah bukankah rasa itu adalah salah satu rasa saja? masih ada rasa-rasa lain yang sama. Lantas kenapa rasa itu begitu spesial. Ataukah memang hanya kita saja yang membuatnya spesial?

Ahh Media Abal-abal

Sempat terlintas di pikiran bahwa apa bedanya antara muslimin dengan para penentang Islam, bahkan penghasut?

Tindakan. Penting sekali menekankan pada kata ini. Jika kita hanya belajar tentang Islam -ini lebih baik daripada yang belum belajar-  saja tanpa mengamalkan, sibuk berdiskusi bahkan sampai berdebat. Apa bedanya dengan mereka? banyak media yang menghasut umat, bahkan memlintirkan ayat Qur'an serta hadits banyak terjadi.

Pengamatan awal saya -bukannya sok tahu, haha- bahwa mereka cuma berkoar-koar di media, dan muslimin yang tidak melanjutkan mengkaji lebih dalam tentang penyampaiannya. Sehingga mudah terpengaruh, bahkan ikut menyebarkan ajaran yang melenceng tersebut.

Serta kurangnya amal dari setiap-setiap yang dipelajari. Kalau diamalkan dengan sungguh-sungguh akan terlihat nantinya. Mana yang benar dan mana yang tipu muslihat. Iya kan? saya juga belum sepenuhnya tahu karena amal saya masih sedikit. Jika ada salah tulis atau salah pemikiran mohon masukannya dari saudara semua. Terimakasih.

Balasan

Pernahkah kamu melihat seorang yang teriak di balas dengan memberi uang?
biasanya sih malah balas ditabok.

Begitu juga ketika memberi rezeki, paling tidak di balas dengan senyum.

Inspiring Couple


sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Perempuan itu dinikahi karena empat faktor yaitu agama, martabat, harta dan kecantikannya. Pilihlah perempuan yang baik agamanya. Jika tidak, niscaya engkau akan menjadi orang yang merugi” (HR Bukhari dan Muslim)

Dan kenapa Islam menganjurkan untuk mengutamakan dan seperti meniadakan syarat yang lain kecuali agamanya. Tentu agama Islam. Sudah pasti jika kita menilik lebih dalam lagi tentang cinta, pasti kita akan menemukan cinta sejati itu merupakan hubungan antara dua batin, tak ada hubungan dengan fisik. Nah, dapat kita tarik kesimpulan bahwa sebenarnya di dalam Islam itu mengajarkan tentang cinta sejati, dan dalam ajarannya jika dilaksanakan akan menumbuhkan ketentraman dan cinta di dalam keluarga. Maka dari itu kenapa dianjurkan memilih pasangan dari agamanya.

Video di atas mungkin sebagai sedikit referensi bahwa kondisi fisik bukanlah syarat, melainkan kondisi batinlah syarat tersebut.

4 #Ramadhan

Mari kita bicara tentang jodoh kembali. Bukan sembarang jodoh berdasar nafsu, melainkan jodoh yang membangun.

Entah kenapa sebenarnya males nulis ini. Tapi mau gimana lagi, bisa sakau aku.

Lagi referensinya dari ceramah tarawih.

Kita harus berislam secara menyeluruh, mengamalkan seluruh isi dalam Al-Qur'an.

Salah satu yang wajib dicapai, yang menjadi tujuan hidup, cita-cita seluruh muslimin adalah menjadikan Al-Qur'an sebagai dasar negara. Ini konsekuensi iman, sekaligus konsekuensi batin yang menginginkan hidup lebih baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Terkait hal ini banyak kajian dan penjelasan yang sudah dengan lengkap menjelaskan seluk beluk penjelentrahan Al-Qur'an.

Bagaimana cara mencapainya?
Mengislamisasi atau membudayakan hidup islam mulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan.

Kisah Solahudin Al-Ayubi yang menundukkan konstantinopel setelah 800 tahun dari janji Rosulullah. Tapi saya tidak membicarakan sejarah Al-Ayubi di sini, dan sudah banyak yang telah membicarakan hal itu. Tapi bagaimana kita menyikapi hal tersebut.

Langsung saja to the point. Didiklah anakmu kelak seperti cara mendidik Sholahudin Al-Ayubi, yaitu menyemangati dengan tujuan-tujuan mulia dan tinggi, serta mempersiapkan dengan banyak bekal. Pendidikan terutama.

Tentu kita juga harus mempersiapkan diri juga sebagaimana kompetensi Syamsudin yang merupakan guru Solahudin Al-Ayubi, yang tentunya tak biasa.

Teknik Nulis - Hapus, Rombak

Dapet satu teknik baru dalam menulis. Dan teknik ini diawali dengan teknik menulis bebas. Setelah selesai menulis bebas, baca kembali. Akan kau temukan beberapa kata yang nampak ganjil di telinga. Tak enak didengar. Ada kata-kata yang diulang. Nah rumusnya cukup ganti pola kalimat yang memiliki kata yang sama tadi menjadi pola yang lain.

Hapus kata yang tak enak didengar atau sama tadi. Resapi kembali, supaya menjadi tatanan kalimat yang baru dan nyambung.

Kita coba kasih contoh. Ah tapi entar dulu aja deh, masih pusing nih kepala.

2 #Ramadhan - Islamologia, Islamosensia, Islamophobia

Sebenarnya lagi males buat nulis di blog ini. Tapi ya mau gimana lagi, kantongku nipis. Gak ada hubungannya ya? terserah aku, siapa kau?

Aku sedang ingin menuruti nafsu menulis, insya Allah bukan tulisan negatif atau gosip, kalau tulisan jelek ya gak tahu haha.

Ada ceramah yang menarik di tarawih kemaren. Pembawaannya mirip sama ustadz/dosen yang sering nongol di acaranya tukul.Tapi bukan "Mister Tukul Jalan-jalan" -_-. Oh iya namanya Ustadz Wijayanto, dosen pascasarjana UGM. Mirip banget, wajahnya juga.

Menerangkan bahwa di dalam Islam ada teori pengelompokan. Islamologia, Islamosensia, Islamophobia.

Kalo Islamologia itu cara pandang yang menganggap Islam sebagai sebuah ilmu. Dipelajari, dibedah, dibandingkan, ditimbang. Jadi Islam sama dengan ilmu psikologi, ilmu komputer, dan ilmu-ilmu yang lain.

Yang Islamosensia berasal dari kata sense. Yaitu perasaan, jiwa, hakikat. Islam di sini dipandang sebagai sebuah keyakinan. Diberi contoh seorang tukang sayur yang mengucapkan basmalah pun masih berbunyi "semelah", tapi setiap adzan langsung berangkat ke masjid dan meninggalkan semua kegiatan jual belinya.

Lalu ada juga Islamophobia. Disini bukan dijelaskan ketakutan tentang Islam, namun ketakutan di dalam Islam. Kasih contoh seorang anak yang oleh orang tuanya hanya dikasih nasehat kalau kamu nurut hadiahnya surga, kalau kamu memberontak ganjaran neraka. Wuih keras, cadas. Sehingga menimbulkan cara berfikir asal aku gak dapet neraka, aman. Asal gak memberontak, tentram. Gak apa-apa gak dapet surga, yang penting gak masuk neraka. Ini berbenturan dengan prinsip fastabiqul khoirot. Membudayakan proses pembelajaran yang lembek, loyo. Tak akan banyak pemuda yang sekuat dan setagar Al-Fatih dimana diusia yang saat pemuda-pemuda kini berkutat pada kata galau, beliau sudah memimpin pasukan perang.

Para pembaca yang budiman yang super sekalian,




mari kita menuju umat yang terbaik, menuju manusia milenium kata orang di sana. Menghidupkan hati dengan Islamosensia-nya serta menguatkan dengan Islamologia-nya.

Perasaan?

Bukankah perasaan cinta, suka, benci, marah, rindu hanya sebatas ekspresi dalam hati? yang berganti sejauh waktu berjalan. Tapi kenapa selalu diposisikan menjadi sesuatu yang dapat mematikan atau menghidupkan seseorang?

"Aku mencintaimu, namun sekarang kau telah menikah dengan sahabat kita." Lalu? tinggal kita jalani hidup bukan? mungkin ada perasaan cemburu, benci, sakit hati. Tapi sebatas itu saja kan? Toh bumi masih berputar seperti biasanya, malam purnama masih diwakili tanggal lima belas. Tak berubah. Kita juga masih bisa berjalan selayak sebelum kejadian, atau sebelum perasaan itu hadir. Ada sedikit sembab di mata, mendung. Tapi Matahari tetap cerah. Sunset pantai masih banyak diburu. Kita tak akan mati hanya karena perasaan cemburu.

Terkadang kita sendiri yang membuat sesuatu menjadi rumit, mendramatisir bahwa kitalah korban kehidupan, aktor paling menderita sedunia. Update status facebook, twitter, blog, BBM, bahkan merembet ke obrolan chatting. Apalagi kalau boleh dan bisa kita akan pasang banner di perempatan jalan. Aku putus cinta, sedang galau. Aih tak ada yang peduli, bahkan boleh jadi si 'dia' tak tahu apa yang sedang kau bicarakan.

Bukankah rasa itu sebatas debu berlarian di depan mata? beberapa saat kemudian hilang sudah terhembus angin, tersapu oleh 'waktu'. Setelahnya berganti rasa lain. Cinta lagi? bisa jadi.

1 #Ramadhan

Ada note temen tanya seperti ini.
"Bagaimana cerita Ramadhanmu?"

Langsung teringat bagaimana Ramadhan kemaren. Menurutku lumayan hambar entah aku belum tahu sebab musabab-nya. Mungkin memang iman sedang 'kering'.

Tapi alhamdulillah dipertemukan lagi dengan Ramadhan tahun berikutnya, sekarang mulailah beberapa janji itu menulis dirinya masing-masing di lembar hati. Akankah sukses? insya Allah, mari doakan.

Dan Ramadhan pertama ini dimulai dari Malang, yap ramadhan tanpa orang tua, ah apalagi pasangan hidup. Sepi? ah enggak juga. *menghibur diri*

Beda rasanya terlepas dari kebiasaan-kebiasaan di rumah seperti kegiatan sebelum datang ramadhan, ya megengan budaya tanah jawa untuk menyambut ramadhan dan biasanya satu kampung tumpah-ruah di masjid kampung. Kalau artinya sih kurang paham ya, soalnya yang aku pahami yang penting bisa makan bareng sama makan gratis, hahaha. Kedua pastilah kumpul sama teman yang udah lama gak ketemu. Mulai dari tarawih bareng, terus tadarus pasti dateng di akhir waktu, selain karena ingin iktikaf juga ngejer takjil yang berlimpah. Malulah kalau masih banyak orang disana. Selesai tadarus sama iktikaf sekitar pukul 2 kita mulai misi mulia setiap tahunnya, bangunin orang buat sahur. Tujuan utamanya sih buat jalan-jalan aja, nikmatin udara pagi banget desa yang masih asri, sejuk men.

Tapi pasti beda kalau sudah di tanah rantau, apalagi kita gak akrab sama masyarakat. Boro-boro akrab, kenal aja enggak. Kebiasaan di tanah rantau itu pasti ada di depan laptop, entah ngeblog kayak gini atau kegiatan gak jelas lainnya. Eh iya ada bagusnya juga kegiatan pas gak di rumah gini. Wisata masjid, atau bisa di bilang wisata jajanan ramadhan. Hahaha.

1 Ramadhan? Awal yang pas buat niat baik. Berhenti merokok, berhenti pacaran, rajin ibadah, berbakti ke orang tua, nyari ilmu. Banyak hal bisa dimulai sekarang. Nyari jodoh? ah entahlah, dan kenapa dari tadi selalu nyrempet ke hal ini, entahlah.

Selamat berpesta di bulan penuh berkah ini, selamat menggila!!

Percayalah

Dan aku percaya hidup bukan sembarang makan, kerja, tidur. Lebih kompleks dari itu, namun lebih mudah dan bergairah jika dijalani. Pun dengan jodoh yang adalah rahasia super kompleks dari Tuhan, namun begitu mudah dan bergairah ketika dijalani serupa air.

#FF Rasi

Cantik, tahukah begitu berat merindumu, hampir saja menghabiskan seluruh energiku. Apalagi sekarang Ramadhan, masih kuatkah aku?

Bibir ini sudah tak bisa lagi bergerak, getir. Senyap, hanya sayup-sayup suara tadarus yang tak begitu jelas terdengar tajwidnya. Detak jam dinding bergerak tampak perlahan, menunjukkan sudah tengah malam. Sejak sepuluh menit yang lalu terus kupandangi atap kamar dengan warna kuning mentari ini, tak tampak warnanya hanya bayang abu-abu, ya mati lampu saat itu. Atapku mayoritas terisi atap kaca. Itu permintaanku beberapa tahun lalu supaya setiap malam dengan jelas bisa kuperhatikan cerah bintang, dan barangkali aku bisa mengenali rasi-rasi itu. Dan sudah pasti malam ini pula kupandangi langit malam dengan rasi bintang yang semakin jelas tergambar di sela-sela selimut kabut. Harapan yang sama setiap malamnya, semoga kau melihatnya juga, melihat pesanku yang tergambar di lembaran langit malam ini, lagi.

Kekata dari hati #Cinta

Cinta

Ketika kekata itu hadir, garam akan semakin terbuang. Apalagi gula, akan hilang dari peradaban.

Ya... hadirnya cinta pasti selalu membawa garam dan gula dalam wujud tersendiri, beda... benar-benar beda. Sehingga setiap makanan pasti terasa gurih lezat, setiap minum serasa manis cantik, dan tak perlu lagi kita menambahnya dengan garam dapur atau gula buatan pabrik. Cukup makanan itu, kemudian kita tambahi dengan cinta. Cukup, cukup itu saja.

YANG LAMPAU. ketika lalapan ayam serta bakso masih berupa imajinasi tak terangkum, seorang pemuda sedang berlomba dengan keringat, dengan panas matahari di ladang luas. Lalu seorang pemudi menghampiri dengan satu keranjang nasi, tahu tempe, sambel terasi, lengkap namun tak penuh. Cukup seisi sepertiga perut masing-masing. Duduk bersanding, berbagi bekal yang tak seberapa. Senyum tawa terpampang jelas di wajah keduanya, di tangannya, keringatnya, badannya, keseluruhan auranya. Ya... mereka suami istri muda dengan bumbu cinta.

TERASA. Terlihat kekata itu mulai hadir, itu lewat kamu yang tak tahu diri masuk ke fikiranku. Sekelebat saja... tak lama. Tapi kau rubah arusnya tak menjadi tenang lagi, berombak namun menyegarkan. Seakan aku ini penguasa laut biru, seperti nenek moyangku.

SETELAH ITU. Aku tak tahu sikapku selanjutnya, tak tahu pula sikapmu seperti apa. Cukup saja, iya... cukup doa yang terlantun, dan lagi-lagi biarkan 'waktu' yang akan menjawab. Bukan pengecut, namun aku masih ragu ini nafsu atau kekata yang indah itu?

Random #Prinsip

Hari ini aku berdebat lagi. Benar berdebat seperti biasanya, karena berbeda pendapat. Tetapi setiap berdebat pasti aku hanya tersenyum (di dalam hati tertawa kencang boo...). Sabar om, aku tak pernah serius  kalau sedang bicara, biasanya serius pas bertindak aja atau emang lagi gak punya duit. :D

Mungkin tulisan di blog ini nantinya bisa jadi masukan bagi teman atau kerabat saya tentang perilaku saya sekarang. Atau bisa juga bagi kamu, iya kamu yang baca tulisan ini ada niatan PDKT. Nyahahaha Ge-Er dulu.

Aku ya gini orangnya, tak suka serius jika membahas tentang prinsip atau SARA. Ya karena si Sara gak pernah serius sih ke aku, dia sering PHP-in aku. Kalau prinsip memang tak perlu dibahas, cukup dilakukan saja. Kalau sering dibahas namanya bukan prinsip tapi gosip. Hahaha.

Yah cukup segitu saja, karena aku malas nulis sikapku sendiri disini, biar terkesan cool gitu mennn...

Oke good bye sayonara...

Random #Happy Birthday

Ketika akal manusia menjadi pilihan utama dalam menjalani hidup, menyampingkan hasrat batin untuk ikut andil. Akan terasa hidup kesendirian itu dimanapun berada. Sepi, walaupun sedang di ramai pasar. Hening, walaupun saling berbincang teman lama. Hambar.

Dan disinilah aku sekarang. Duduk berjajar dengan puluhan robot, menyaksikan tontonan borok yang penuh suka cita. Seram? tidak sama sekali, jikalau aku mungkin merasa, namun puluhan disampingku tak merasa apa-apa kecuali senang karena dirinya nampak lebih tinggi, lebih berharga.

Perayaan ulang tahun kata mereka. "Ini kan hari spesialnya dia, jadi harus dirayakan dengan cara yang spesial pula." Begitu katanya dengan penuh keriangan.

Spesial itu suatu yang khusus, tak biasanya. Bisa jadi kan itu berbau positif atau sebaliknya. Tak adakah tindakan perayaan itu lebih menggembirakannya?

Iya itu hal yang spesial, tapi spesial yang buruk. Iya akan dikenang, namun kenangan yang buruk pula.

Random #Hai

Hai, ketemu lagi ya kita. Sudah lama ya?

Kemana saja kau menghilang? aku mencarimu kemana-mana, lama sekali, kau malah pergi menghilang. Aku putus asa. Dan hari ini apa yang kulihat? Kau tepat didepanku, tepat di intinya, langsung menghujam. Kukira kau telah lenyap, ternyata...

Ah suasana ini, ya sama dengan beberapa tahun silam, nostalgic. Aku marah, marah denganmu, tapi juga denganku yang tak tahu diri. Aku, seperti serigala kelaparan yang butuh daging demi isi perutnya, tak peduli isi perut-perut lain, juga perut mangsa yang akan dibabat. Egois.

Sekarang semua sudah beda. Serigala tak selamanya buruk, karena memang dia ciptaan Tuhan, banyak sisi baiknya. Sekarang, aku merindumu. Namun sekarang, menjauhimu. Karena indah itu tak dikuasai nafsu. Itu yang terbaik, menjauhimu dengan doa.

Operasi Rahasia Pengintipan

Gubrak glethak klempyang...

"Oi oi oi nyantai coy, kaya kucing yang ngeliat preman aja. Kalau mau ngintip itu harus profesional, harus sesuai SOP. Paham gak lu?"

"Oooo... oke-oke."

Sekarang ganti Markolet yang menjadi leader dalam operasi rahasia pengintipan, dia ingin menunjukkan keseniorannya kepada anak didiknya. Agar ilmunya bisa menurun katanya.

Yah tapi ternyata sama saja, walaupun Markolet bertutur tentang SOP teknik mengintip tetap saja grusak-grusuk juga. Malah napasnya sudah ngos-ngosan dulu. Ya namanya juga nafsu, akhirnya ember gedhe melayang ke arah Markolet dan muridnya dengan kecepatan satu per sepuluh kecepatan lari mereka. Apa mau dikata, karena secara perhitungan sudah mustahil menghindar, di-ikhlaskanlah kepala mereka menjadi tumbal. Plethak... eh salah grumbyang...

"Hahaha hujan di mana let tadi? kamu sampai basah kuyup gitu"
"Asem... jangan sok lugu deh ndul, kamu juga ngintip kan tadi diseberang? pake acara bawa teropong lagi"
"Nyahaha itu namanya pengalaman bung, aku kan sudah pernah ketahuan juga. Ya belajar dari pengalaman dong coy."

Dan obrolan mereka bertiga pun berlanjut pada sharing pengalaman serta rapat strategi bagaimana mengintip dengan baik dan benar.

Petuah dari Markolet bahwa semua itu butuh proses, dalam setiap perjalanan dalam proses pasti akan menemukan pengalaman, strategi, hikmah. Ambil langsung, jangan sampai mubadzir coy. Proses itu perlahan, naik setahap demi setahap, maka dari itu sabar dalam menjalaninya sangat perlu, jangan dikalahkan oleh nafsu. Dan yang sangat utama adalah syukur. Syukuri sudah seberapa lama kamu bisa mengintip sebelum digethok pakai gayung, indah bukan? Atau jikalau kau belum berhasil juga namun sudah kena getahnya... SOKOOORR!!!

Kewajiban [CO/PAS]

Yap seperti judul diatas artikel ini saya ambil dari banyak sumber. Sebagai pengingat, sekaligus menyebar ilmu yang bermanfaat. Artikel ini berisi pentingnya menghargai waktu dan kewajiban, ya kalo zaman sekarang banyak orang menyebutnya "PROFESIONAL". Silahkan menimba ilmunya dan dialirkan kepada yang kehausan.

***

Ini bukan berarti menjadi dalil bagi seseorang untuk tidak menyelesaikan kewajiban-kewajiban yang dimilikinya, namun menunjukkan beratnya beban kewajiban yang ada, sementara waktu yang ada itu sangat terbatas. Oleh karena itu, penting baginya untuk menentukan priorotas-prioritas kewajiban yang harus dilaksanakannya, menjadwalkannya terlebih dahulu sebelum menjadwalkan hal-hal lainnya, melakukan pembaruan setiap hari, dan melakukan evaluasi terhadap jadwal yang dibuatnya.

Hati-hati ya kalau membawa nama Islam

Hati-hati ya kalau membawa nama Islam. Islam masa dahulu itu tempat percontohan. Sebaik-baiknya teladan. Sebenarnya begitu juga sekarang dan masa depan. Tetapi tidak dengan muslim, sebagian saja sih. Bisa saja sebagian ini kita sebut dengan oknum, namun oknum ini jumlahnya tidak sedikit, hampir menyeluruh.

Harus bener-bener hati-hati. Salah satunya masalah waktu. Waktu itu pembangun hidup, hidup itu terdiri dari waktu-waktu yang kita jalani ini. Hasan Al Banna saja bilang kalau sebenarnya waktu itu lebih sedikit dibanding dengan kewajiban-kewajiban kita.

Tanah Rantau


Perbedaan hidup di tanah rantau dam di tanah kelahiran, atau paling tidak di tanah dimana kerabat-kerabat kita banyak disana.
Kata orang hidup di tanah rantau itu lebih sulit, menegangkan, tapi juga membawa cerita-cerita keasyikan tersendiri. Selama ini yang ku alami banyak benarnya. Disini akan ku ceritakan perbedaannya dalam hal pendidikan/belajar.

Zombie

Aku berjalan mengitari sudut lapangan. Tak ada seorangpun yang nampak jelas di pandangan. Serasa semua hambar dan samar, tak jelas apa yang tertatap. Sejenak seberkas senyum menyeruak, sejenaknya lagi muram berganti waktu. Apa ini daerah para zombie?

Hening

Menyapu jalan, menyusur setiap ruas.
Padat namun hening sepi

Kau Palsu


Kau tahu kasih
Ada jutaan mata selalu memburumu
Jutaan tangan sedang membelaimu
Jutaan mulut sedang tertawa denganmu

Tapi ku tak mau menyamai mereka
Yang selau bergumul denganmu

Kenapa kau bilang?
Aku muak dengan rayumu
Aku jijik dengan hadiah-hadiahmu
Kau palsu

Benar, aku muak dengan kepalsuan itu
Ketika kau bilang kau itu pendamping,
kau malah menambah kerjaku
Ketika kau kata kau merubah hidupku
Benar, kau merubahnya menjadi tergantung padamu

Aku lelah
Aku melupakan kekasihku yang dulu
Yang selalu menemani jiwa ragaku
Membuatku tertawa
Tapi juga buatku tersenyum
Dia bagaikan malaikat
Malaikat putih yang hapus hitamku
Putihkan wawasanku

Dia itu malaikat putih
Bukan seperti dirimu malaikat hitam
Atau kupanggil saja malaikat sang  setan
Sudah pergilah sana, jauh
Aku sedang nyenyak bersama kekasihku
meraba dunia mimpi

Aamiin

Tas ransel belum kembali, itu menunjukkan bahwa saya harus ikhlas karena akan ada penggantinya kelak, atau saya menggantinya sendiri dengan yang lebih baik. Mungkin terpaksa membeli sendiri untuk berangkat ke jepang? Aamiin

Sepedah juga belum kembali sampai sekarang. Mungkin saya harus ikhlas dan berusaha membelinya sendiri nanti. Mungkin membelinya juga pas di jepang untuk sarana pulang pergi rumah-kampus? Aamiiin

Santun please

Don't judge the book, just from it's cover. Seringkali kita manusia melalaikan yang namanya hormat dan santun, apalagi dengan teman akrab. Baik dalam berbicara maupun bertingkah.

Santun dan hormat itu bukan hanya pada berprasangka baik dalam satu sisi saja. Melainkan berprasangka baik pada segala penjuru, yang akhirnya mengharuskan bersikap dan berkata santun dan hormat. Karena kita tak tahu apa yang hanya dia dan Allah yang tahu.

Mungkin saya sering marah dengan hal ini. Dan lebih marah ketika kita sudah asal judge orang, eh ditambah hinaan. Itu masih tak apa, tapi sampai-sampai sok menasehati yang padahal inti masalahnya bukan disitu. Kita sedang punya 10 lubang di halaman belakang, eh kita dinasehati suruh menutup lubang dekat pintu depan rumah, mana ada lubang?

Jadi tolong please, lebih baik diam atau berbicara santun dan hormat saja. Kepada siapapun itu. Karena persepsi kita beda dengan orang lain. Kondisi kita beda dengan orang lain. Standar kita beda dengan orang lain.

Just NTMS


Kau tahu apa itu 'tak suka' ?
Kebalikan dari suka, cinta, bahagia.
Kau tahu kenapa kita 'tak suka' ?
Bisa jadi itu tak selaras dengan kita, atau bisa jadi itu tak sejalan dengan tujuan/harapan kita.
Mungkin juga itu dikarenakan beda persepsi.
Setelah 'tak suka', lantas bagaimana?
Sebelumnya tak suka pasti membawa efek. Baik itu sebel, sakit, tertekan, atau bisa jadi bisa membuat stress. Dan sebagai makhluk yang selalu mengidamkan 'ketenangan' pasti kita berusaha mengeliminasi efek-efek tadi.
Eliminasi? Bagaimana?
Tentunya merubah dari efek buruk ke efek baik, misal kita merubah sebel jadi bahagia. Karena kalau kita merasa tertekan, tak bahagia, tak suka. Pastilah apa yang kita kerjakan tak memberikan hasil positif ke diri. Ya karena tadi apa yg kita kerjakan sudah tak sejalan dengan tujuan atau harapan kita.
Langkah selanjutnya?
Memilih jalan yang kita sukai, karena kita akan tulus berjalan di jalan itu. Tapi sering hal itu tak bisa dilakukan karena berbagai sebab, ya berarti kita memang harus memikirkan cara yang benar agar kita bahagia.

Catatan:
- Lugas
- Jujur
- Berani
- Tak peduli kata orang, karena dirilah yang merasakan
- Kalau ketemu berbelit-belit, tinggalkan!
- Kalau ketemu tak jelas, tinggalkan!

Acak itu didesain?

Tentang sistem dan bukan. Karena sebenarnya semua yang kita rasakan adalah sistem.
Dalam komputer kita mengacak angka sebenarnya adalah sebuah sistem yang dibentuk.
Lalu bagaimana dengan saat kita melempar dadu? benar acakkah?

Saya rasa tidak. Karena hanya sebuah sistem Tuhan yang belum kita pelajari dan pahami, karena memang di luar batas akal manusia. Ya hampir saya dengan sistem komputer.


 

Copyright © Mahya. All rights reserved. Template by CB Blogger & Templateism.com