Perasaan?

Bukankah perasaan cinta, suka, benci, marah, rindu hanya sebatas ekspresi dalam hati? yang berganti sejauh waktu berjalan. Tapi kenapa selalu diposisikan menjadi sesuatu yang dapat mematikan atau menghidupkan seseorang?

"Aku mencintaimu, namun sekarang kau telah menikah dengan sahabat kita." Lalu? tinggal kita jalani hidup bukan? mungkin ada perasaan cemburu, benci, sakit hati. Tapi sebatas itu saja kan? Toh bumi masih berputar seperti biasanya, malam purnama masih diwakili tanggal lima belas. Tak berubah. Kita juga masih bisa berjalan selayak sebelum kejadian, atau sebelum perasaan itu hadir. Ada sedikit sembab di mata, mendung. Tapi Matahari tetap cerah. Sunset pantai masih banyak diburu. Kita tak akan mati hanya karena perasaan cemburu.

Terkadang kita sendiri yang membuat sesuatu menjadi rumit, mendramatisir bahwa kitalah korban kehidupan, aktor paling menderita sedunia. Update status facebook, twitter, blog, BBM, bahkan merembet ke obrolan chatting. Apalagi kalau boleh dan bisa kita akan pasang banner di perempatan jalan. Aku putus cinta, sedang galau. Aih tak ada yang peduli, bahkan boleh jadi si 'dia' tak tahu apa yang sedang kau bicarakan.

Bukankah rasa itu sebatas debu berlarian di depan mata? beberapa saat kemudian hilang sudah terhembus angin, tersapu oleh 'waktu'. Setelahnya berganti rasa lain. Cinta lagi? bisa jadi.

About the Author

muchtarps

Author & Editor

Mobile developer muda. Kadang berubah menjadi batman pada malam hari. Siang harinya berubah juga kalau lagi mood. Bekerja di bawah naungan bos dermawan dan rendah hati. Yaitu saya sendiri.

0 comments:

Post a Comment



 

Copyright © Mahya. All rights reserved. Template by CB Blogger & Templateism.com