"Satu
waktu aku merasa berat sekali menjalani 3 dunia ini, namun di waktu yang lain
dengan yakin kujalani semuanya."
Yah memang pemikiran pun walau kita
sudah sangat banyak referensi masih bisa juga naik turun. Itulah yang sering
aku alami selama ini. Meski setiap hari buku selalu merasuki sel-sel otak,
sharing, serta banyaknya pengalaman yang dihadapi, tetap jika dihadapkan dengan
pilihan pasti akan kagok juga, terutama pilihan yang pertama kita lalui.
Hari itu saat banyak sekali pusat
keramaian di Universitasku bernaung mengejar S1 Ilmu Komputer. Masing-masing
spot menawarkan kegiatannya masing-masing, mirip saat berjalan mengitari mall
yang menyajikan janji-janji super heboh. At least, mereka sangat
berjuang keras untuk acara mereka. Itu yang aku suka. Aku memilih satu acara
bersama salah satu adik tingkat yang cukup tinggi jika diukur kesamping. Nama
acaranya ICT Day. Aku dan Pramu sudah berancang-ancang sedari awal untuk
hadir di acara seminar, salah satu rangkaian acara pada rangkaian ICT Day. Dengan wajah sumringah, hati
berdebar tak sabar rasanya merasakan sebuah seminar yang pematerinya dari luar.
Yang aku pikir sampai saat itu.
Lift dengan tingkatan delapan kami
lewati, dan langsung setelah keluar lift meja resepsionis terhidang didepan
kami. Namun apa daya fakta tak selalu berbanding lurus dengan impian. Ini
jam berapa men? masih aja siap-siap. Bener-bener gak professional. Ya
sudahlah akhirnya kita turun lagi untuk memandang berbagai pemandangan yang
entah itu asyik atau tidak dimata kami, yang penting bisa membunuh waktu yang
cukup lama ini.
Anggrek putih, dahlia, pohon cemara,
dan entah tumbuhan apa itu yang sedang menarik pandanganku. Cukup lama alat
indera ini beradu pandang dengan sekelompok tumbuhan di depanku. Sampai kondisi
itu memutarkan rekaman tentang masa-masa ketika bersama Didin, Fafan, Indah.
Teman organisasiku. Ah, begini kawan ternyata yang sering mereka anggap
tentang kita dulu. Sungguh memalukan, acara besar hanya terisi oleh
beberapa jiwa saja. Dan malahan sekarang acara entah kapan akan dimulai. Boro-boro
mulai, dibuka saja belum. Namun pengalaman itu tak mungkin kulupa,
pengalaman tentang 3 kehidupan yang berjalan sekaligus. Tentang masa-masa
dimana prioritas, taat, dan tepat menjadi rekan yang saling membutuhkan.
Masa dimana aku berperan sebagai
seorang yang nampak sebagai ahli surga. Itu yang selalu dikatakan para
pencibir. Rombongan malaikat yang sedang turun ke bumi. Entah itu hinaan atau
pujian, yang penting kami masih syahdu dengan kemesraan ini, kemesraan dengan
Sang Maha Pencipta. Please, jangan judge
kami seperti itu, kami manusia biasa. Ada kuat ada lemah. Sebagai seorang
anggota kerohanian Islam kami hanya berusaha memenuhi kewajiban 100% yang telah
dicontohkan pendahulu kami.
Kehidupan kedua menjadi pacar sebuah laptop.
Yap, sebagai mahasiswa Ilmu Komputer tak mungkin lepas dari yang satu ini. Yang
setiap hari harus berkutat mengerjakan tugas di depan alat elektronik ini, hang out dengan berbagai media sosial
yang disediakan di dunia maya, serta kerja pun masih saja tangan ini tak lepas
dari yang namanya tuts-tuts canggih. Sedikit
sekali waktu untuk mata ini bertemu dengan birunya langit bumi, tangan ini
bercengkerama dengan halus serta kasarnya tanah. Namun kuyakin realita ini
telah terjadwal sejak saya lahir, dan tinggal menjalani masa depan yang super-duper-hebat nanti.
Dan yang kubilang tadi terkait
kerjaanku, dan ini menjadi sedikit hiburanku selama ini. Menggambar. Yap,
walaupun masih berkutat di depan laptop, namun ada rasa tersendiri yang
menghiasi otak dan dada ini selain bosan. Bahagia. Kerjaku menggambar tentang
apa-apa yang menjadi permintaan dari orang yang entah tak aku kenal siapa dia
dengan baik, hanya terjalin ikatan nama dan kebutuhan.
Tiga kehidupan yang lumayan menyita
waktu, namun tepatnya bukan menyita, namun mengisi ceritaku yang paling tidak
bisa mengisi blog ini. Ahaha. Inilah jalan hidup yang kupilih kawan, dan inilah
pula jalan hidup yang ditakdirkan Allah untukku dan untuk semua makhluk yang
berhubungan denganku. I hope this life
can make anyone in my side be happy.
Setelah rekaman beberapa menit selesai
diputar, kami lanjut kembali ke lantai atas tanpa cuap-cuap yang cukup lama,
mungkin memang bukan tipeku. Hahaha, gila! akhirnya langkah kami
direstui, mbak-mbak yang lumayan cantik, namun kurasa tidak cantik (eh hus, dasar jomblo gila) menyapa kami
dengan senyumnya.
"Selamat
pagi mas, silahkan registrasi ulang dulu".
Hah? pagi?
Jam berapa ini? Namun tak baik kalau senyum itu dibalas
cemberut "Pagi mbak, iya". Dan serasa otakku bekerja lebih
keras dengan sendirinya, Wah apa? registrasi ulang? aku lupa boy. Kami
berdua memang lupa registrasi, namun kenapa ingatnya pas saat itu, yang datang
seminar lumayan banyak lagi, gak ada harapan untuk kita agar bisa menjadi
pengganti dari beberapa nama di kertas itu. Dengan santai kuucap "Oh?",
kami pulang karena memang tak ada kerjaan disitu. Paling tidak memori ini masih
menyimpan semua kerja tubuh selama ini, sehingga masih memberikan kesempatan
otak ini untuk terus introspeksi diri.
0 comments:
Post a Comment